Senin, 25 Oktober 2010

K O P I

Saya bukan coffeeholic. Tapi tiap kali minum kopi, saya menikmati semua rasa yang ditimbulkannya. Gemetar, berdebar, atau mual.

Saya ingat pertama kali minum kopi saat masih kecil. Bapak ketika itu mengajak saya pulang kampung, pergi ke rumah kakek dengan jarak tempuh satu jam naik sepeda motor. Kecepatan bapak-bapak tentunya. Kalau dibandingkan dengan kecepatan sepeda motor kakak saya yang laki-laki mungkin bisa didapat selisih waktu tiga puluh menit.


Saat kecil saya gampang sekali tertidur kalau kena angin, dan itu sering sekali membuat Beliau marah. Anak kecil mana yang tidak tertidur kalau diangini selama satu jam? Saking seringnya saya tertidur diatas kendaraan, Bapak sering berhenti di jalan untuk membelikan saya kopi pekat dan kue-kue yang membuat saya selalu senang. Dari situlah Kopi dan Saya berkenalan. Karena dijodohin Bapak.


Saya paling gampang terpengaruh oleh kopi. Ada rasa gembira yang luar biasa yang saya rasakan sehabis minum kopi. Ketika merasa sepi, penat atau jenuh, pelarian saya pasti ke kopi. Biasanya beberapa menit setelah cangkir kopi tandas, yang paling pertama terasa diaduk-aduk adalah uluhati, lalu (sepertinya) ke jantung. Karena detak jantung serasa makin keras, sampai terasa ke kulit-kulit, ujung jemari bergetar halus, yang membuat saya tidak bisa diam. Rasanya ingin teriak, atau menelan sesuatu. Tangan ini ingin selalu terkepal. Dan di saat seperti ini saya harus mengerjakan sesuatu. Harus mencari sesuatu demi mengimbangi sensasi yang saya rasakan. Biasanya mengetik adalah kegiatan yang pas. Saya belum pernah tanya teman atau searching d internet, benarkah efek kopi itu seperti ini? Menyenangkan, bikin gila, dan kadang menegangkan. Demi rasa yang berdebar-debar itu, saya rela gemetaran, saya rela sakit perut atau mual-mual. Demi mencari sensasi caffein.

Atau demi sensasi memori masa kecil? :)

Palembang, 25 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar